Konflik terbaru di perbatasan India dan Pakistan bukan hanya berita biasa. Ini adalah kelanjutan dari cerita panjang yang sudah berlangsung lebih dari 70 tahun. Untuk memahami apa yang terjadi hari ini, kita harus melihat ke masa lalu, ke tahun 1947.
Awal Mula Perpecahan: Warisan dari Masa Penjajahan
Selama lebih dari 200 tahun, wilayah yang sekarang menjadi India, Pakistan, dan Bangladesh dikuasai oleh Inggris. Saat itu disebut British India. Di sana hidup jutaan orang dengan berbagai suku, bahasa, dan agama.
Ketika semangat kemerdekaan mulai tumbuh, dua kelompok politik utama muncul yaitu Kongres Nasional India yang banyak diikuti umat Hindu, dan Liga Muslim yang memperjuangkan hak umat Islam.
Liga Muslim yang dipimpin oleh Muhammad Ali Jinnah, khawatir umat Muslim akan tersisih dalam negara India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu. Maka, mereka mendorong terbentuknya negara baru untuk umat Islam. Inggris pun setuju membagi wilayah itu. Hasilnya: lahirlah Pakistan pada 14 Agustus 1947, dan India sehari setelahnya.
Luka Akibat Pemisahan
Pemisahan ini membawa penderitaan besar. Jutaan orang harus pindah negara, meninggalkan rumah dan harta benda. Umat Hindu dan Sikh yang tinggal di Pakistan pindah ke India, sementara Muslim dari India menuju Pakistan.
Dalam kekacauan itu, terjadi kekerasan besar-besaran: pembunuhan, pemerkosaan, dan pembakaran. Sekitar satu juta orang tewas. Luka ini masih terasa hingga sekarang, terutama bagi mereka yang selamat dan keluarganya.
Kashmir: Wilayah yang Diperebutkan
Salah satu masalah besar dari pemisahan ini adalah Kashmir. Daerah ini mayoritas penduduknya Muslim, tapi rajanya beragama Hindu. Ia memilih bergabung dengan India. Keputusan ini membuat Pakistan marah, dan perang pun meletus pada 1947.
Sejak itu, India dan Pakistan beberapa kali berperang karena Kashmir (tahun 1947, 1965, 1971, dan 1999). Keduanya mengklaim wilayah ini. Sementara itu, rakyat Kashmir sendiri sering menjadi korban konflik, kehilangan tempat tinggal, nyawa, dan masa depan mereka.
Ketegangan yang Tak Kunjung Usai
Lebih dari 75 tahun setelah merdeka, hubungan India dan Pakistan masih tegang. Meski kadang ada upaya damai, seperti pertandingan olahraga atau pertemuan pemimpin, konflik selalu muncul lagi. Kadang karena serangan dari kelompok bersenjata, kadang karena masalah politik, atau hanya karena ketegangan yang dibiarkan berlarut-larut.
Yang membuat situasi semakin berbahaya: kedua negara punya senjata nuklir. Jadi, konflik kecil bisa berubah jadi bencana besar. Dunia ikut khawatir, tapi tak banyak yang bisa dilakukan.
Konflik Terbaru: Cerita Lama Terulang Lagi
Dalam beberapa minggu terakhir, kekerasan kembali pecah di perbatasan India dan Pakistan. Insiden ini berawal dari tuduhan India bahwa militan yang berasal dari wilayah Pakistan melakukan serangan terhadap pos militer India di dekat perbatasan Kashmir. Pakistan membantah keterlibatan langsung dan justru menuduh India melakukan provokasi militer yang memicu ketegangan.
Akibatnya, baku tembak terjadi di sepanjang Garis Kendali (Line of Control/LoC), wilayah perbatasan yang memisahkan Kashmir yang dikuasai India dan Pakistan. Bom-bom mortir menghantam desa-desa perbatasan, sekolah ditutup, dan ribuan warga sipil terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman. Gambar-gambar pengungsi, rumah yang hancur, dan anak-anak yang menangis kembali muncul di layar televisi.
Kondisi ini membuat dunia internasional khawatir. Amerika Serikat, PBB, dan negara-negara lain menyerukan agar kedua belah pihak menahan diri. Namun, seperti biasanya, masing-masing negara tetap keras kepala dengan narasinya sendiri.
Sayangnya, semua ini bukanlah hal baru. Ini adalah pola konflik yang berulang: saling tuduh, aksi militer, korban sipil, dan seruan perdamaian yang tak digubris. Yang berbeda hanya tanggal kejadian dan nama-nama korbannya. Sementara itu, rakyat biasa di kedua sisi perbatasan kembali menjadi korban dari keputusan politik dan dendam sejarah yang tak kunjung selesai.
Baru-baru ini, konflik kembali meletus. India menuduh militan dari Pakistan menyerang pos keamanan. Pakistan membantah, dan balik menuduh India memprovokasi. Akibatnya, bom meledak, peluru ditembakkan, dan warga sipil jadi korban. Sekolah ditutup, desa kosong, dan ketakutan menyebar.
Ini bukan hal baru. Polanya selalu sama. Yang berubah hanya tanggal dan nama-nama korbannya.