Skip ke Konten

Modus Berkedok USG: Dokter di Garut Ditetapkan Tersangka Pelecehan Seksual

Fakta Mencengangkan Aksi MSF di Klinik Garut

dokter usg di garut


Hari itu, AK—seorang perempuan berusia 28 tahun—datang ke Klinik Karya Harsa di Kota Garut dengan harapan sederhana: memastikan kondisi kehamilannya dalam keadaan baik. Ia memilih dokter kandungan berinisial MSF, seorang tenaga medis yang seharusnya menjadi tempat berlabuhnya kepercayaan seorang pasien.


Seperti biasa, AK menjalani prosedur ultrasonografi (USG). Namun, dari balik alat medis dan jas putih itu, ada sesuatu yang berbeda. Suasana yang semula terasa wajar perlahan berubah menjadi janggal. Pemeriksaan USG yang biasanya berlangsung singkat, kali itu terasa sangat lama. AK sempat bertanya-tanya dalam hati, tapi ia mencoba percaya pada penjelasan sang dokter—katanya, posisi janin sulit terlihat karena tengkurap.


Namun setelah perut selesai dipindai, MSF mendadak berkata, “Mana payudaranya, saya USG juga.” Kalimat itu membuat AK tertegun. Bingung, ia bertanya, “Maksudnya bagaimana, dok?” Sang dokter menjawab, “Siapa tahu ada benjolan.”


Tanpa banyak berpikir, AK menurut. Ia semula hanya mengeluhkan rasa tidak nyaman di bagian payudara, berharap ada resep pereda nyeri, bukan prosedur yang melibatkan gel USG dioleskan berulang kali. "Tidak seperti biasanya," pikirnya, membandingkan dengan pengalaman saat diperiksa dokter spesialis bedah sebelumnya.


Yang membuat AK makin tidak nyaman, bukan hanya durasi pemeriksaan yang mencapai hampir satu jam, tapi juga perlakuan yang menurutnya berlebihan. Tak hanya satu sisi, dokter itu meminta memeriksa payudara sebelah kanan juga, dengan prosedur yang sama.


Di ruangan itu sebenarnya ada suaminya dan seorang perawat. Namun, sang perawat diarahkan untuk mencatat kehamilan, sehingga tidak menyaksikan langsung semua yang terjadi. Suaminya pun, sama seperti AK, tidak menaruh curiga—dokter adalah sosok yang dipercayai.


Setelah pemeriksaan selesai, MSF meminta foto bersama AK dan suaminya, dengan dalih akan mengirim hasil USG. Ia juga meminta nomor WhatsApp. Di sinilah babak baru ketidaknyamanan itu muncul. Melalui pesan-pesan pribadi, MSF mulai melontarkan kalimat-kalimat bernuansa pelecehan. Ia bahkan menawarkan pemeriksaan gratis. Tapi AK tahu, ia tidak ingin kembali ke sana.


Awalnya, AK menyimpan kisah ini sendiri. Ia merasa takut jika harus mengungkapnya ke publik. Tapi segalanya berubah ketika sebuah video viral memperlihatkan perilaku mencurigakan dokter MSF terhadap pasien lain di ruang praktik. Melihat kasus itu terbuka, AK akhirnya memberanikan diri berbicara.


Lewat media sosial, ia menceritakan pengalamannya. Respons publik pun mengalir. Banyak yang memberi dukungan, beberapa bahkan mengaku mengalami hal serupa. Dari situlah muncul dugaan bahwa korban dokter MSF bukan hanya satu.


dokter usg jadi tersangka


Sementara itu, pihak kepolisian menetapkan MSF sebagai tersangka atas dugaan kekerasan seksual. Dalam satu laporan resmi, seorang perempuan berinisial AED, berusia 24 tahun, melaporkan MSF atas tindakan cabul di rumah tersangka. Penyelidikan terus berkembang, dan polisi membuka kemungkinan adanya lebih banyak korban.


Pihak Kementerian Kesehatan dan Ikatan Dokter Indonesia pun angkat bicara. Mereka mengecam tindakan MSF yang dianggap mencoreng kehormatan profesi medis dan merusak kepercayaan publik terhadap layanan kesehatan.


Kini, AK hanya berharap satu hal—keadilan. Ia ingin sang dokter menerima hukuman yang setimpal. Ia tak ingin ada lagi perempuan yang menjadi korban di tempat seharusnya mereka merasa aman.


"Kalau dia masih praktik, itu berbahaya," ucapnya lirih. Luka batin itu belum sembuh, dan bayangan kejadian itu masih terus menghantui. Tapi setidaknya, keberaniannya telah membuka jalan bagi korban lain untuk bersuara.

di dalam Kriminal
Modus Berkedok USG: Dokter di Garut Ditetapkan Tersangka Pelecehan Seksual
fajar ryanto 6 Mei 2025
Share
Label
Arsip
Misteri Jack the Ripper: Kronologi Pembunuhan yang Menggemparkan London 1888
Spekulasi dan Teori: Siapa Sebenarnya Jack the Ripper?