Pada tahun 1888, wilayah Whitechapel, London, digemparkan oleh serangkaian pembunuhan brutal yang hingga kini masih menyisakan tanda tanya besar. Pelaku, yang kemudian dikenal sebagai "Jack the Ripper," tidak hanya melancarkan teror tetapi juga meninggalkan jejak misteri yang tak terpecahkan. Siapa sebenarnya Jack the Ripper? Apa motifnya? Dan bagaimana polisi London saat itu menangani kasus ini?
Korban
1. Mary Ann Nichols (31 Agustus 1888)
Mary Ann Nichols, 43 tahun, ditemukan tewas di Buck’s Row, Whitechapel. Tenggorokannya disayat dua kali, dan perutnya dibiarkan terbuka. Ini menjadi pembunuhan pertama yang dihubungkan dengan Jack the Ripper.
2. Annie Chapman (8 September 1888)
Annie Chapman ditemukan di halaman belakang sebuah rumah di Hanbury Street. Tenggorokannya disayat, dan beberapa organ tubuhnya diambil dengan presisi yang menunjukkan pelaku memiliki pengetahuan medis.
3. Elizabeth Stride (30 September 1888)
Elizabeth Stride ditemukan di Dutfield’s Yard. Meskipun tenggorokannya disayat, tubuhnya tidak dimutilasi. Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa pelaku mungkin terganggu sebelum menyelesaikan aksinya.
4. Catherine Eddowes (30 September 1888)
Hanya beberapa jam setelah pembunuhan Elizabeth Stride, Catherine Eddowes ditemukan di Mitre Square. Tubuhnya dimutilasi secara ekstrem, dan sebagian wajahnya dirusak.
5. Mary Jane Kelly (9 November 1888)
Korban terakhir, Mary Jane Kelly, ditemukan di kamarnya sendiri. Pembunuhan ini adalah yang paling mengerikan, dengan mutilasi yang ekstrem hingga tubuhnya hampir tidak dikenali.
Modus Operandi
Jack the Ripper memiliki modus operandi yang konsisten yaitu menyerang wanita, umumnya pekerja seks, di area yang gelap dan sepi. Korban dibunuh dengan cara menyayat tenggorokan terlebih dahulu, kemudian memutilasi tubuh mereka. Banyak yang percaya pelaku memiliki pengetahuan anatomi atau medis karena cara ia memotong organ tubuh korban.
Bukti dan Surat Misterius
Bukti Fisik
Sayangnya, bukti fisik sangat minim. Di era tanpa teknologi DNA atau sidik jari, polisi hanya mengandalkan kesaksian saksi mata dan kondisi TKP. Sebuah apron berdarah yang ditemukan dekat lokasi pembunuhan Catherine Eddowes dianggap sebagai salah satu bukti, tetapi tidak cukup untuk mengidentifikasi pelaku.
Surat dari "Jack the Ripper"
Tiga surat yang diduga berasal dari pelaku menjadi sorotan:
- "Dear Boss" Letter: Ini adalah surat paling terkenal yang pertama kali memperkenalkan nama "Jack the Ripper" ke publik. Surat ini dikirim pada bulan September 1888 dan berisi pernyataan pelaku yang dengan bangga mengklaim bahwa ia adalah pembunuh yang belum tertangkap. Surat ini juga menyebutkan niat pelaku untuk membunuh lebih banyak korban.
- "Saucy Jacky" Postcard: Surat pos ini dikirim beberapa hari setelah pembunuhan ganda Elizabeth Stride dan Catherine Eddowes pada 30 September 1888. Isi surat ini menggambarkan dengan sinis perasaan pelaku terhadap polisi dan mencatat pembunuhan yang baru saja terjadi.
- "From Hell" Letter: Surat ini dikirim pada Oktober 1888, bersama dengan sebuah kotak kecil yang berisi bagian ginjal yang diyakini berasal dari salah satu korban. Surat ini sangat mengerikan dan berisi ancaman terhadap polisi dan masyarakat.
Namun, keaslian surat-surat ini masih diperdebatkan, dan banyak yang percaya bahwa beberapa surat mungkin adalah hoaks.
Tersangka Potensial
Puluhan nama telah diusulkan sebagai Jack the Ripper, termasuk:
- Montague John Druitt: Seorang pengacara yang ditemukan tewas di Sungai Thames setelah pembunuhan Mary Jane Kelly. Banyak yang percaya ia mengalami gangguan mental.
- Aaron Kosminski: Seorang imigran Polandia yang tinggal di Whitechapel. Ia memiliki sejarah gangguan jiwa dan membenci wanita.
- Dr. Francis Tumblety: Seorang dokter asal Amerika dengan reputasi buruk, yang pernah ditangkap atas tuduhan homoseksualitas ilegal.
Meski demikian, tidak ada bukti yang cukup kuat untuk menghubungkan salah satu dari mereka secara langsung dengan kejahatan ini.
Penyelidikan Polisi
Penyelidikan terhadap kasus Jack the Ripper dihadapi dengan berbagai tantangan besar. Pada zaman itu, teknologi kepolisian sangat terbatas, dan banyak alat forensik yang belum ada. Namun, beberapa langkah investigasi yang dilakukan oleh polisi London antara lain:
- Penyelidikan Lapangan oleh Polisi Metropolitan dan Polisi Kota London: Kedua lembaga polisi ini bekerja sama dalam penyelidikan. Mereka mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) dan melakukan wawancara dengan saksi mata, meskipun banyak saksi yang tidak dapat memberikan informasi yang jelas atau kredibel.
- Pencarian Bukti Fisik: Polisi mengumpulkan bukti yang ditemukan di sekitar lokasi pembunuhan, seperti potongan pakaian, jejak darah, dan benda-benda yang mungkin terhubung dengan pelaku. Namun, bukti fisik yang dapat digunakan sangat terbatas.
- Penyelidikan terhadap Korban: Polisi memeriksa latar belakang para korban, yang umumnya adalah wanita pekerja seks, dan mencoba mengidentifikasi potensi motif pelaku. Mereka mencari kemungkinan hubungan antara korban atau apakah ada pola yang bisa membantu mengungkap pelaku.
- Pengumuman Reward dan Pencarian Saksi: Untuk memecahkan kasus, polisi mengumumkan hadiah bagi siapa saja yang dapat memberikan informasi yang mengarah pada penangkapan pelaku. Mereka juga mendekati warga setempat untuk mendapatkan saksi mata yang mungkin telah melihat pelaku sebelum atau sesudah pembunuhan.
- Surat dari Jack the Ripper: Polisi menerima beberapa surat yang dikirim oleh orang yang mengaku sebagai Jack the Ripper. Mereka menganalisis surat-surat ini untuk mencari petunjuk mengenai identitas pelaku. Namun, banyak surat yang diyakini adalah hoaks, meskipun surat seperti "Dear Boss" memperkenalkan nama "Jack the Ripper" ke publik.
- Penyelidikan terhadap Tersangka: Polisi memiliki beberapa tersangka potensial, termasuk Montague John Druitt, Aaron Kosminski, dan Dr. Francis Tumblety. Namun, tidak ada bukti yang cukup kuat untuk menangkap salah satu dari mereka, dan penyelidikan terhadap mereka tidak membuahkan hasil yang pasti.
- Keterbatasan Sumber Daya: Pada waktu itu, penyelidikan mengalami kendala besar karena kurangnya alat modern seperti analisis DNA, sidik jari, dan forensik yang lebih canggih. Ini membuat identifikasi pelaku menjadi semakin sulit.
Seluruh penyelidikan terhadap kasus ini berakhir tanpa penangkapan, dan Jack the Ripper tetap menjadi misteri besar hingga hari ini.
Dampak Sosial dan Media
Kasus Jack the Ripper menciptakan kepanikan besar di kalangan masyarakat Whitechapel, yang saat itu dihuni oleh kelas pekerja miskin. Media massa, termasuk surat kabar, memanfaatkan histeria ini untuk menjual berita. Nama Jack the Ripper menjadi legenda urban yang terus hidup hingga hari ini.
Teori Modern
Pada tahun 2014, sebuah klaim kontroversial muncul terkait identitas Jack the Ripper. Seorang penulis asal Inggris, Russell Edwards, mengklaim telah mengidentifikasi Jack the Ripper sebagai Aaron Kosminski, seorang tukang cukur asal Polandia, melalui bukti DNA dari sebuah syal yang diduga ditemukan di lokasi pembunuhan korban Catherine Eddowes. Edwards membeli syal tersebut pada tahun 2007 dan kemudian bekerja sama dengan ahli DNA, Dr. Jari Louhelainen, untuk menganalisisnya. Analisis tersebut mengungkapkan adanya kecocokan DNA mitokondria antara syal dan keturunan perempuan dari Eddowes serta keturunan perempuan dari saudara perempuan Kosminski. Edwards mengklaim bahwa hasil analisis ini menunjukkan bahwa Kosminski adalah pelaku pembunuhan tersebut.
Namun, klaim ini menuai kritik dari berbagai pihak. Beberapa ahli DNA, termasuk Profesor Alec Jeffreys, yang dikenal sebagai penemu sidik jari DNA, meragukan validitas hasil analisis tersebut. Mereka menyoroti masalah dalam metodologi, seperti potensi kontaminasi sampel dan ketidakjelasan asal-usul syal tersebut. Selain itu, tidak ada bukti kuat yang menghubungkan Kosminski secara langsung dengan lokasi kejadian atau korban.
Meskipun demikian, klaim ini telah memicu perdebatan baru mengenai identitas Jack the Ripper dan membuka diskusi lebih lanjut tentang penggunaan teknologi forensik dalam memecahkan kasus-kasus kriminal bersejarah.
Kesimpulan
Jack the Ripper tetap menjadi salah satu misteri kriminal terbesar dalam sejarah. Terlepas dari teori yang ada, identitasnya mungkin akan selamanya menjadi rahasia. Namun, kasus ini terus menarik perhatian publik, seolah menjadi pengingat akan kerapuhan hukum dan keadilan di era pra-modern.
Apakah misteri ini akan pernah terpecahkan? Atau akankah Jack the Ripper selamanya menjadi bayang-bayang kelam sejarah London?