Skip ke Konten

Simbol Budaya Betawi Kini Jadi Alat Mengemis

Salah satu simbol paling ikonik adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang dulu dianggap keramat, namun kini banyak dijumpai di perempatan jalan.

sejarah ondel ondel

Jakarta, sebagai pusat modernitas dan hiruk-pikuk urbanisasi, menyimpan warisan budaya yang tak ternilai dari masyarakat Betawi. Salah satu simbol paling ikonik adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang dulu dianggap keramat, namun kini banyak dijumpai di perempatan jalan, digunakan untuk mengamen bahkan mengemis. Pergeseran fungsi budaya ini menyisakan tanya: ke mana arah identitas budaya kota ini dibawa?

Asal-Usul Ondel-Ondel

Ondel-ondel berasal dari tradisi masyarakat Betawi yang mempercayai adanya kekuatan tak kasat mata. Boneka ini dibuat dengan tujuan menolak bala atau menangkal roh jahat. Biasanya ondel-ondel berpasangan, laki-laki dengan wajah merah dan perempuan dengan wajah putih, dan ditampilkan dalam upacara-upacara penting, seperti pernikahan, syukuran kampung, hingga penyambutan tamu kehormatan.

asal usul ondel ondel

Secara fisik, ondel-ondel dibuat dari rangka bambu yang ringan namun kokoh. Wajahnya diukir dan dicat dengan ekspresi khas, dan tubuhnya dilapisi kain warna-warni serta hiasan kepala mencolok. Pertunjukan ondel-ondel selalu diiringi musik tradisional seperti tanjidor atau gambang kromong, menciptakan suasana meriah sekaligus magis.

Pergeseran Makna dan Fungsi di Era Modern

Seiring perkembangan zaman, ondel-ondel mulai mengalami desakralisasi. Dari yang awalnya tampil dalam ruang-ruang budaya dan upacara adat, kini boneka tersebut mudah ditemukan di jalanan kota. Bahkan, anak-anak atau remaja sering terlihat membawa ondel-ondel ke perumahan atau lampu merah, mengiringinya dengan speaker portabel sambil menadahkan tangan meminta uang.

Fenomena ini mencerminkan pergeseran makna yang cukup signifikan. Ondel-ondel tak lagi dipahami sebagai simbol budaya yang sakral, tetapi direduksi menjadi alat ekonomi informal. Banyak pihak menyayangkan kondisi ini, karena bukan hanya merendahkan nilai seni dan budaya Betawi, tapi juga menjadikan warisan budaya sebagai objek belas kasihan.

Antara Kebutuhan Ekonomi dan Minimnya Regulasi

Tidak bisa dipungkiri bahwa kemunculan ondel-ondel jalanan berkaitan erat dengan realitas sosial ekonomi masyarakat urban. Dalam kondisi ekonomi yang sulit, sebagian warga memanfaatkan ondel-ondel sebagai cara untuk mencari nafkah. Biaya pembuatannya yang relatif murah dan daya tarik visualnya menjadikan boneka ini "modal jalanan" yang dianggap menjanjikan.

Namun, tanpa regulasi yang ditegakkan secara konsisten, penggunaan ondel-ondel untuk mengamen cenderung melenceng. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebenarnya telah mengeluarkan larangan melalui Peraturan Gubernur (Pergub) DKI Jakarta No. 2 Tahun 2020 tentang Penanggulangan PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial), yang mencakup larangan eksploitasi budaya lokal seperti ondel-ondel untuk mengemis atau mengamen di jalan. Sayangnya, lemahnya pengawasan dan kurangnya edukasi membuat larangan ini seringkali diabaikan di lapangan.

Ancaman Terhadap Identitas Budaya

Ketika simbol budaya seperti ondel-ondel digunakan secara serampangan, dampaknya bukan hanya pada estetika publik, tapi juga pada kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga identitas budaya. Generasi muda berisiko tumbuh tanpa pemahaman yang utuh tentang warisan seni leluhur mereka. Ondel-ondel hanya dikenal sebagai "alat ngamen," bukan bagian dari sejarah dan nilai budaya Betawi.

Lebih dari itu, pergeseran ini juga mencerminkan lemahnya sistem edukasi budaya serta rendahnya apresiasi terhadap seni tradisional. Tanpa upaya revitalisasi yang serius, ondel-ondel hanya akan jadi artefak visual tanpa makna.

Revitalisasi dan Edukasi Budaya Odel-ondel

Untuk mengembalikan kehormatan ondel-ondel sebagai simbol budaya, perlu dilakukan upaya sistematis dari berbagai pihak:

  1. Pendidikan Budaya di Sekolah: Generasi muda harus dikenalkan dengan sejarah dan makna ondel-ondel sejak dini.
  2. Sanggar dan Komunitas Seni: Pemerintah dapat bekerja sama dengan komunitas lokal untuk membuat pertunjukan ondel-ondel yang edukatif dan reguler.
  3. Event Festival Budaya Betawi: Membuat festival tahunan yang menampilkan ondel-ondel dalam konteks yang pantas dan membanggakan.
  4. Dukungan Ekonomi untuk Seniman Tradisional: Alih-alih membiarkan ondel-ondel turun ke jalan, pemerintah bisa memberikan subsidi atau platform bagi para seniman agar tetap berkarya dalam koridor budaya yang benar.

Menjaga Marwah Budaya

Ondel-ondel adalah cermin dari perjalanan budaya Betawi, dari sakralnya masa lalu hingga kerasnya kehidupan modern. Menjadikannya alat mengemis berarti mengikis nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Sebagai warga kota dan bangsa, sudah sepatutnya kita bertanya: apakah warisan budaya harus dikorbankan demi kelangsungan ekonomi jalanan, ataukah kita bisa mencari cara agar budaya tetap hidup dan bermartabat?

di dalam Budaya
Simbol Budaya Betawi Kini Jadi Alat Mengemis
fajar ryanto 14 Mei 2025
Share
Label
Arsip
Masuk untuk meninggalkan komentar
Mania dalam Budaya Indonesia
Saat Kegilaan Kolektif Menjadi Cermin Zaman